Studi Laboratorium Pada Pemindahan Metarhizium anisopliae Pada
Rayap Bawah Tanah Pada Daerah timur, Reticultermes flavipes
(Isoptera: Rhinotermitidae), Dengan Sebuah Metode Untuk Penggunaan
Dosis Konidia yang Tepat Untuk Perangkap Rayap Untuk Pelepasan
Oleh
Timothy G. Myles
Abstrak
PENDAHULUAN
Ini adalah rangkaian karya ilmiah pada perkembangan tehnik perangkap perlakuan yang dilepaskan untuk mengendalikan koloni rayap-rayap bawah tanah. Beberapa karya ilmiah yang lebih awal (Myles et al. 1994; Myles 1996) menggambarkan prosedur-prosedur perangkap. Perangkap hasil panen, dan metode-metode rayap hidup yang terperangkap dengan sebuah formulasi pokok yang memasukkan toksikan yang bekerja lambat. Sebagai tambahan untuk menggunakan toksikan-toksikan yang bekerja lambat, sulfuramid dan hydramethylon, studi-studi juga bertujuan pada pengembangan agen-agen mikroba sebagai biokontrol untuk tehnik pelepasan perlakuan perangkap (Myles & Grace 1991; Myles 2002). Studi-studi sebelumnya pada penggunaan jamur entomopathogen untuk pengendalian serangga
BAHAN DAN METODE
Pengeksposan rayap-rayap untuk bangkai-bangkai yang berspora
Tiga kelompok masing-masing adalah 25, 50 dan 100 rayap diatur dalam cawan petri plastik yang bergaris 9 cm dengan kertas saring Whatman No. 1 dan disediakan potongan kapas 2x2 cm. satu bangkai yang berspora dengan konidia hijau gelap pada permukaan) dimasukkan pada setiap cawan pada bagian atas potongan kapas. Terdapat juga tiga kontrol. Semua cawan ditempatkan pada ruang tumbuh pada 26° C dan 95% R.H. mortalitas diamati setelah lima hari.
Pengeksposan rayap-rayap yang ditaburi konidia pada perbandingan 10:100
Agar non-nutrisi (2%) ditungang pada setengah cawan petri yang berukuran 9 cm. satu kertas saring Whatman No. 1 yang berukuran 7 cm diletakkan pada permukaan agar dan 100 rayap dimasukkan pada setiap cawan. Rayap-rayap diletakkan dalam agar untuk 1 minggu sebelum dimasukkan rayap-rayao yang ditaburi konidia. Kelompok-kelompok 50 rayap ditaburi melalui pengadukan selama dua menit pada cawan gelas yang kering dan bersih dengan 10 mg konidia segar sampai rayap-rayap seluruhnya terselimuti dengan konidia. Kemudian, sepuluh rayap yang ditaburi ditambahkan pada setiap
Pengeksposan rayap-rayap yang ditaburi konidia pada perbandingan 20:100, 10:100, 5:500 dan 1:100
Dua puluh tabung reaksi yang lebar (2,5x25 cm) dimasukkan setengah 25 agar non-nutrisi. 5cm lapisan pasir batu bata dituangkan pada atas agar dan kemudian dibasahi 70% air. Satu kertas saring Whatman No. 1 dibungkus dan diletakkan pada atas pasir untuk makanan. 300 mg (ca. 100) rayap diletakkan pada setiap tabung dan bagian atas masing-masing tabung kemudian ditutup dengan sumbat yang dengan keliling 4 cm yang kuat yang mana dibuat dari serat polimer sintetik dimana alasnya digosok (untuk menghasilkan pergantian udara dengan mengurangi kelembaban yang hilang). Setelah rayap-rayap mempunyai tiga hari untuk membuat terowongan pada tanah dan agar, rayap-rayap yang ditaburi konidia dimasukkan dimana untuk masing-masing tabung, 20, 10, 5 dan 1 rayap yang ditaburi ditambahkan. Sebelumnya rayap-rayap yang ditaburi yang menjadi terselimuti serbuk ditandai dengan penanda permanen dengan pena penanda karena itu dapat dibedakan dari rayap-rayap yang tidak ditaburi. Mortalitas diestimasikan berdasarkan pada kedua jumlah yang nampak mati dan jumlah yang hidup yang dapat dihitung melalui pemeriksaan tabung-tabung. Mortalitas dan pengamatan lainnya dilaporkan secara periodik.
Dosis serbuk konidia pada perbandingan 1TE:20 sampai 1TE:500
Dua puluh lima kelompok rayap dihitung dengan ukuran-ukuran kelompok dari peningkatan 20 sampai 500 ukuran kelompok melalui kenaikan 20 dan diletakkan dalam cawan petri yang kering dan bersih. Dalam cawan gelas, 100 rayap diaduk dan ditaburi dengan 10 mg konidia selama 2 menit sampai terselimuti seluruhnya . dalam sebuah cawan petri gelas yang berukuran 10 cm yang disendirikan dimasukkan satu rayap yang sudah ditaburi, kemudian kelompok 20 rayap dimasukkan, tutup gelas ditempatkan pada dan seluruh cawan diaduk dengan tangan secara horizontal circuler selama 2 menit pada waktu serbuk asli tetap cukup dan lebih banyak serbuk yang menjadi jelas pada perbesaran 10x dibawah mikroskop stereo dan dipindahkan. Kemudian dua puluh ditempatkan dalam cawan petri berukuran 9cm yang didalamnya terdapat kertas saring dengan sebuah potongan kapasbash ukuran 2 x 2 cm. pengocokan cawan gelas seluruhnya dibersihkan dengan 80% alkohol dan dikeringkan dan prosedur tersebut diulangi untuk 24 kelompok lainnya sampai 500.
Dosis serbuk pada 1TE:100 sampai 1TE:500 dan pemindahan pada 10d:100 sampai 1d:100
Rayap-rayap dikocok dan ditaburi dengan perbandingan 1TE: 100, 1TE:200, 1TE:300, 1TE:400, dan 1TE:500yang digambarkan diatas. Rayap-rayap yang ditaburi (d) kemudian dipindahkan pada kelompok 100 rayap yang tidak terekspose pada cawan-cawan petri berukuran 9 cm, seperti yang digambarkan diatas, dalam perbandimgam 10d: 100, 8d:100, 7d:100, 6d:100, 5d:100, 4d:100, 3d:100, 2d:100, 1d:100 untuk 1TE:100 kelompok yang ditaburi; dan 10d:100, 5d;100, 4d:100, 3d:100, 2d:100, dan 1d:100 untuk 1TE:200-500 kelompok.
HASIL
Pengeksposan rayap-rayap untuk bangkai-bangkai yang berspora:
Setelah
Pada kelompok dengan 100 rayap, semua rayap mati pada satu ulangan, empat hidup pada satu ulangan, dan 12 hidup pada nematoda lainnya yang tampak pada bangkai-bangkai di seluruh tiga ulangan. Dalam semua kasus dicatat bahwa bangkai-bangkai yang terdapat spora membuang kotoran dan mengunyah atau menutupi dengan sedikit mengunyah kertas. Mortalitas yang cepat setelah
Pengeksposan rayap-rayap yang ditaburi konidia pada perbandingan 10:100:
Setelah empat hari seluruh rayap mati pada
Pengeksposan rayap-rayap yang ditaburi konidia pada perbandingan 20:100, 10:100, 5:500 dan 1:100:
Empat jam setelah rayap-rayap yang ditaburi dilepaskan pada koloni-koloni rayap, tabung-tabung diuji. Hasil pengamatan adalah bahwa penanda sebagian didapatkan dari pelepasan rayap pada kontrol. Pada yang kurang luas penanda merah juga nampak dalam usus-usus beberapa rayap-rayap yang tidak ditaburi pada kelompok-kelompok yang diperlakukan, menunjukkan bahwa beberapa rayap yang ditaburi konidia sudah didapatkan. Pada kontrol, rayap-rayap yang ditandai ditemukan seluruhnya tembusan-tembusan, bagaimanapun banyak rayap-rayap yang ditaburi konidia tetap berada pada puncak-puncak tabung pada tutup kertas saring. Pada tabung 2D rayap yang diperlakukan mati dan menjadi kanibal. Pada tabung 3A, dua dari
Dosis serbuk konidia pada perbandingan 1TE:20 sampai 1TE:500:
Hasil pada dosis serbuk konidia pada perbandingan 1TE:20 sampai 1TE:500: adalah dosis pada atau dibawah 1TE:140 lambat hampi mati pada hari pertama setelah perlakuan. Pada hari kedua semua rayap mati pada perbandingan dibawah 1TE:80. Rayap-rayap yang lambat atau hampir mati terdapat pada semua perbandingan, dengan beberapa rayap-rayap aktif hanya terjadi dalam kelompok-kelompok dengan perbandingan diatas 1TE:400. Pada hari ketiga semua rayap mati pada perbandingan dibawah 1TE:180, dan rayap-rayap yang bertahan pada perbandingan-perbandingan yang lebih tinggi dimana banyak yang hampir mati. Pada hari keempat semua mati. Hifa udara nampak pada bangkai-bangkai dalam hari yang sedikit mortalitas dan sporulasi terjadi pada banyak bangkai dalam satu sampai dua minggu. Semua kontrol tetap hidup dan sehat.
Dosis serbuk pada 1TE:100 sampai 1TE:500 dan pemindahan pada 10d:100 sampai 1d:100:
Hubungan respon tampak pada kedua perbandingan-perbandingan dosis serbuk dan perbandingan-perbandingan pemindahan. Mortalitas pada perlakuan akhir sangat dekat terhadap mortalitas pada kontrol, meninjukkan bahwa batas efektof pengenceran konidia mewakili pada tingkat ini. Mortalitas kontrol lebih tinggi dari biasanya, berkaitan dengan prosedur pengadukan menyebabkan beberapa luka atau bahwa sumber koloni tidak terlalu sehat. Semua cawan termasuk kontrol menjadi terinfeksi dengan tungau-tungau kuning Histiostoma sp. dan sebuah tipe jamur lumpur yang menghasilkan struktur-struktur buah hitam tegak pada kertas saring. Pada bangkai-bangkai juga berkembang sebuah buih kuning, yang mana mungkin adalah yeast, bakteri atau jamur lumpur. Tungau-tungau dengan cepat, mengkonsumsi yang mati, menyebabkan pencegahan perkembangan dan sporulasi M. anisopliae, untuk itu tidak terdapat pemindahan sekunder penyakit tersebut.
PEMBAHASAN
Penelitian-penelitian ini menunjukkan bahwa konidia pathotype M. anisopliae dapat dipindahkan dari bankai-bangkai yang terdapat spora atau dari rayap-rayap yang yang ditaburi konidia yang dilepaskan pada populasi. Tingkat pemindahan dari rayap-rayap yang terinfeksi dapat menjdi setinggi 1:100 dalam cawan-cawn petri tetapi 5:100 dan 10:100 dalam terowongan-terowongan tanah.
Karena ukuran yang sangat kecil sifat hydrophobic dari konidia, sehingga dapat secara efektif digunakan sebagai serbuk adsorptif kutikular melalui metode pengadukan serbuk yang digambarkan sebelumnya. Dosis sangat penting, serbuk yang berat , menyebabkan rayap mati dengan cepat yang dapat menjadi efektif sebagai pembawa atau vektor konidia kembali ke koloni. Selain itu, rayap dengan dengan serbuk yang tebal cenderung berada pada permukaan tanah dibandingkan turun kedalam tanah. Hal yang juga diamati adalah rayap-rayap dengan dosis yang berat diserang, dibunuh atau dikubur hidup-hidup oleh rayap-rayap lainnya, dengan cara demikian menyebabkan pengurangan kemampuan untuk memindahkan melalui pengurangan interaksi dengan anggota lainnya dari populasi tersebut. Semua masalah tersebut kemungkinan dapat ditanggulangi melalui pengendalian dosis serbuk konidia.
Penggunaan metode pengadukan serbuk standar, satu rayap equivalen (1 TE) konidia dapat secara cepat terkandungdan kemudian secara cepat dipindahkan melalui pengadukan selanjutnya pada cawan gelas kering pada rayap lainnya.Untuk mencapai lama hidup dari pembawa selama 2 hari dengan kandungan yang cukup untuk kemampuan pemindahan yang baik, dosis serbuk konidia yaitu sebesar 1TE: 400-500 rayap direkomendasikan. Studi-studi lanjutan dalam mengukur keefektifan perlakuan-perlakuan ni pada kondisi-kondisi di lapang dibutuhkan.
Rayap-rayap dapat secara jelas merasakan konidia dan melakukan beberpapa tindakan pertahanan yaitu 1) membuang kotoran pada bangkai-bangkai, 2) menutupi bangkai dengan sedikit mengunyah kayu atau kertas, 3) menyerang dan membunuh rayap-rayap yang ditaburi konidia, 4) tindakan kanibal pada rayap-yang ditaburi konidia dan 5) mengubur rayap-rayap yang terinfeksi dengan tanah. Studi-studi lanjutan pada sikap pertahanan-immuno dibutuhkan untuk menentukan ambang dosis konidia yang akan mencegah tindakan merintangi pemindahan ini (Myles, dalam prep). Juga terdapat beberapa organisme saprofit, seperti nematoda, bakteri, yeast, tungau, dan jamur lainnya, yang memenuhi M. anisopliae pada rayap yang terbunuh sebelum M. anisopliae mempunyai waktu untuk tumbuh dan berspora. Terutama sekali dan ada dimana-mana diantara saprofit-saprofit tersebut adalah bakteri dan tungau kuning, Histostoma sp. Meskipun demikian, M. anisopliae sering berspora, terutama ketika infeksi awal meluas dan kondisi sangat lembab tetapi tidak begitu basah dimana dapat mendorong nematoda.
REVIEW JURNAL
Ini adalah rangkaian karya ilmiah pada perkembangan tehnik perangkap perlakuan yang dilepaskan untuk mengendalikan koloni rayap-rayap bawah tanah. Studi akhir-akhir ini memimpin isolasi kejadian secara lokal, pathotype spesifik rayap dari jamur entomopatogen, Metarhizium anisopliae agen penyebab penyakit muscardine hijau. Karya ilmiah ini menggambarkan beberapa penelitian laboratorium pada pemindahan penyakit pada berbagai kondisi yang terekspose.
Pada bagian bahan dan metode terdiri dari
1. pengeksposan rayap-rayap untuk bangkai yang berspora.
2. pengeksposan rayap-rayap yang ditaburi konidia pada perbandingan 10:100
3. pengeksposan rayap-rayap yang ditaburi konidia pada perbandingan 20:100, 10:100, 5:500 dan 1:100
4. dosis serbuk konidia pada perbandingan 1TE:20 sampai 1TE:500
5. dosis serbuk pada 1TE:100 sampai 1TE:500 dan pemindahan pada 10d:100 sampai 1d:100:
Hasil yang didapat pada pengeksposan untuk bangkai yang berspora adalah setelah
Untuk pengeksposan serbuk konidia pada rayap dengan perbandingan 10:100 didapatkan hasil setelah empat hari seluruh rayap mati pada
Pada pengeksposan serbuk konidia pada rayap-rayap dengan perbandingan 20:100, 10:100, 5:100 dan 1:100:. Empat jam setelah rayap-rayap yang ditaburi dilepaskan pada koloni-koloni rayap, tabung-tabung diuji. Pada kontrol, rayap-rayap yang ditandai ditemukan seluruhnya tembusan-tembusan, bagaimanapun banyak rayap-rayap yang ditaburi konidia tetap berada pada puncak-puncak tabung pada tutup kertas saring. Pada tabung 2D rayap yang diperlakukan mati dan menjadi kanibal. Pada tabung 3A, dua dari
Hasil pada dosis serbuk konidia pada perbandingan 1TE:20 sampai 1TE:500: adalah dosis pada atau dibawah 1TE:140 lambat hampi mati pada hari pertama setelah perlakuan. Pada hari kedua semua rayap mati pada perbandingan dibawah 1TE:80. pada hari ketiga semua rayap mati pada perbandingan dibawah 1TE:180. pada hari keempat semua mati.
Untuk hasil dosis serbuk pada 1TE:100 sampai 1TE:500 dan pemindahan pada 10d:100 sampai 1d:100: didapatkan hasil mortalitas pada perlakuan akhir sangat dekat terhadap mortalitas pada kontrol, meninjukkan bahwa batas efektof pengenceran konidia mewakili pada tingkat ini. Mortalitas kontrol lebih tinggi dari biasanya, berkaitan dengan prosedur pengadukan menyebabkan beberapa luka atau bahwa sumber koloni tidak terlalu sehat.
Penelitian-penelitian ini menunjukkan bahwa konidia pathotype M. anisopliae dapat dipindahkan dari bankai-bangkai yang terdapat spora atau dari rayap-rayap yang yang ditaburi konidia yang dilepaskan pada populasi.
Karena ukuran yang sangat kecil sifat hydrophobic dari konidia, sehingga dapat secara efektif digunakan sebagai serbuk adsorptif kutikular melalui metode pengadukan serbuk yang digambarkan sebelumnya. Dosis sangat penting, serbuk yang berat , menyebabkan rayap mati dengan cepat yang dapat menjadi efektif sebagai pembawa atau vektor konidia kembali ke koloni. Selain itu, rayap dengan dengan serbuk yang tebal cenderung berada pada permukaan tanah dibandingkan turun kedalam tanah. Hal yang juga diamati adalah rayap-rayap dengan dosis yang berat diserang, dibunuh atau dikubur hidup-hidup oleh rayap-rayap lainnya, dengan cara demikian menyebabkan pengurangan kemampuan untuk memindahkan melalui pengurangan interaksi dengan anggota lainnya dari populasi tersebut. Semua masalah tersebut kemungkinan dapat ditanggulangi melalui pengendalian dosis serbuk konidia.
Penggunaan metode pengadukan serbuk standar, satu rayap equivalen (1 TE) konidia dapat secara cepat terkandungdan kemudian secara cepat dipindahkan melalui pengadukan selanjutnya pada cawan gelas kering pada ra yap lainnya. Studi-studi lanjutan dalam mengukur keefektifan perlakuan-perlakuan ni pada kondisi-kondisi di lapang dibutuhkan.
Rayap-rayap dapat secara jelas merasakan konidia dan melakukan beberpapa tindakan pertahanan yaitu membuang kotoran pada bangkai-bangkai, menutupi bangkai dengan sedikit mengunyah kayu atau kertas, menyerang dan membunuh rayap-rayap yang ditaburi konidia, tindakan kanibal pada rayap- yang ditaburi konidia dan mengubur rayap-rayap yang terinfeksi dengan tanah. Juga terdapat beebrapa organisme saprofit, seperti nematoda, bakteri, yeast, tungau, dan jamur lainnya, yang memenuhi M. anisopliae pada rayap yang terbunuh sebelum M. anisopliae mempunyai waktu untuk tumbuh dan berspora. Meskipun demikian, M. anisopliae sering berspora, terutama ketika infeksi awal meluas dan kondisi sangat lembab tetapi tidak begitu basah dimana dapat mendorong nematoda.
Gambar 2. Metarhizium anisopliae pada medium buatan, dimana substratnya berasal dari serangga Homoptera (Thailand Biodiversity Center, 2001).
Gambar 3. Siklus infeksi jamur pathogen serangga, Metarhizium anisopliae (Charnley, 2008).
Gambar 4. Kepala balalang yang mati karena infeksi jamur, ditutupi oleh spora jamur
Metarhizium anisopliae (Charnley, 2008).
Gambar 5. Spora Metarhizium pada belalang dewasa (Schistocerca gregaria) yang telah
mati (gambar bawah) (Charnley, 2008).
pada kutikula belalang (Bateman, 2004).
Gambar 7. Konidia Metarhizium anisopliae (Affrc, 2008).
Gambar 8. Tentara rayap tanah daerah timur (Reticultermes flavipes) (Wright, 2006).
Affrc, 2008. Metarhizium anisopliae. Tersedia pada http://fruit.naro.affrc.go.jp/kajunoheya/epfdb/Deutte/Metarh/micro/FRM01.jpg. Diakses 2 Januari 2009
Bateman, 2004. Locust Control and the Making of ‘Green Muscle’. Tersedia pada http://www.dropdata.org/biopesticides/green_muscle.htm. Diakses 2 januari 2009
Charnley, 2008. Fungal pathogens of insects: from mechanisms of pathogenicity to host defense. Tersedia pada http://www.bath.ac.uk/bio-sci/research/profiles/charnley.html. diakses 2 januari 2009
Kdais. 2008. Plant protection. Tersedia pada http://www.kdais.gov.tw/intro/10e.htm. Diakses 2 Januari 2009